Dari Semarang kami berangkat sekitar pukul setengah enam pagi, hari sabtu memang masih hari sekolah, namun sudah cukup dikurangi oleh para pekerja 5 hari.
Rute yang saya lalui adalah sebagai berikut :
Ungaran – Bandungan – Sumowono – Kaloran – Kandangan – Jumo – Ngadirejo – Muntung – Wonoboyo – Desa Wates.
Rute tersebut membuat Anda lebih cepat karena tidak melalui kota, bila Anda dari arah Yogyakarta dan sekitarnya, rekomendasi rute yang saya berikan adalah sebagai berikut :
Yogyakarta – Magelang – Secang – Temanggung – Parakan – Ngadirejo – Muntung – Wonoboyo – Desa Wates.
Kecepatan yang memang dibuat untuk menikmati pemandangan membuat saya baru sampai di Ngadirejo sekitar pukul 8 pagi. Di Ngadirejo terdapat pasar yang bisa Anda gunakan untuk mengisi perbekalan Anda dan sarapan pagi di sana. Ada banyak pilihan, mulai warung tradisional hingga minimarket yang bisa Anda pilih sesuai dengan gaya berbelanja Anda.
Sarapan mulai dari nasi rames, warung padang hingga gudeg juga bisa dengan mudah Anda temukan di Ngadirejo ini. Jadi Anda tidak perlu khawatir kelaparan di sini, asalkan Anda membawa uang yang cukup.
BILA ANDA PENGGUNA GPS,
Perlu Anda perhatikan ketika Anda akan menuju basecamp Wates dari arah Ngadirejo, pastikan Anda selalu mengikuti jalan aspal, ketika GPS memaksa Anda untuk berbelok menuju jalur beton alias keluar dari jalan aspal, abaikan. Biarkan GPS membuat rute baru untuk Anda, karena GPS akan memaksa Anda melintasi jalur beton dan bebatuan licin untuk memangkas jarak. Jika Anda ragu, pastikan Anda bertanya kepada warga sekitar dengan sopan arah ke Desa Wates.
Mulai dari arah Muntung – Wonoboyo – Desa Wates, kondisi aspal kecil nan halus, jalan meliuk dengan kaca cembung hampir di setiap tikungan. Anda akan dipaksa menanjak ketika Anda semakin mendekati area basecamp. Pada jalan tersebut juga ada petunjuk arah untuk Jalur Pendakian Gunung Sigandul, jika Anda sudah melihat tanda ini, berarti Anda tidak jauh lagi untuk menggapai basecamp Wates.
Koordinat Basecamp Wates adalah : -7.2252693, 109.9595048
#basecamp
Basecamp sangat mudah dikenali, selain dari tulisannya, ada juga yang berjaga pada akhir pekan untuk mengarahkan para pendaki untuk melapor dan melakukan regristrasi serta membayar retribusi.
Basecamp memang tidak bisa menampung motor banyak, mungkin sekitar 50-70 motor saja di dalam aula yang saya tempati untuk berkemas kembali. Mobil sebenarnya bisa juga, setahu saya ada tempat untuk parkir 2 buah mobil dengan atap. Di samping basecamp ini juga terdapat pos kesehatan, sangat berguna bila Anda ingin memeriksa kondisi Anda baik sesudah atau sebelum pendakian jika ada sesuatu hal yang diluar keinginan Anda.
Segera beragam peralatan saya keluarkan dari kedua tas carrier kami, bertukar beban dan dimensi untuk mempermudah kegiatan pendakian bersama sang Istri.
Bila Anda bersama rombongan cukup banyak, maka dari basecamp menyediakan jasa guide gratis sampai ke puncak. Informasi ini saya dapatkan ketika saya mengobrol dengan salah satu pemuda yang berjaga di basecamp ini.
Untuk kamar Mandi, Anda bisa menggunakan kamar Mandi bebayar atau yang gratis dengan jarak sekitar 50 meter dari basecamp ini. Warung makan sepertinya ada, namun saya hanya menemukan beberapa warung kecil saat melintas di pemukiman warga.
Peta dan peraturan dalam pendakian bisa Anda lihat dalam gambar di bawah ini. Penjabaran masing-masing titik akan saya jelaskan pada masing-masing point berikut.
INGAT, DENAH ANTAR POS DAN LOKASI TIDAK MENGGUNAKAN SKALA YANG VALID, JADI PASTIKAN ANDA TETAP SEMANGAT MENAPAKI TIAP JENGKALNYA.
#basecamp – pos 1 (BLUMBANG KODOK)
Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Bagi Anda yang merasa ingin menghemat waktu dan tenaga, Anda bisa menggunakan jasa ojek dari basecamp menuju pos 1 dengan biaya Rp. 15.000 per orang. Sangat direkomendasikan bagi Anda yang ingin mempersingkat waktu dan jarak tempuh. Namun biasanya Anda akan menjadi bahan bercanda oleh rekan-rekan Anda. Jadi ya sikapilah dengan bijak, toh kemampuan fisik dan mental manusia itu berbeda-beda.
Baca Juga : [Ebook] Gn. Merapi 2968 mdpl
Tenang saja, di area pemukiman warga ini ada banyak persimpangan, namun petunjuk arah menuju puncak sangatlah banyak, jadi janganlah takut tersesat saat Anda tidak bisa menemui orang untuk ditanya.
Baru sejenak meninggalkan area pemukiman warga, petugas basecamp mengejar kami di sebuah tanjakan kecil, berteriak sembari menunjukkan sebuah kunci motor. Setelah saya mengecek kembali, ternyata itu bukan kunci motor saya, melainkan milik rombongan yang naik tadi malam. Segera petugas tersebut memutar kembali motornya di jalan setapak yang sempit tersebut. Baik sekali kamu mas….
Saya tidak begitu bisa memperhitungkan jarak dari basecamp menuju pos 1, namun dengan gaya pendakian kami memakan waktu sekitar 90 menit termasuk istirahat dan foto-foto. Ketersediaan air di pos 1 ternyata kurang layak untuk dikonsumsi, entah saya yang tidak bisa menemukannya atau memang sedang kering. Hanya ada kolam-kolam kecil untuk menampung air untuk ladang warga.
Salah satu hal yang saya suka adalah ketika kita mulai melintasi perumaan warga hingga ladang warga, setiap kita berjalan dengan mudahnya sapaan kita dibalas atau kita yang disapa terlebih dahulu. Jujur, menurut saya ini sangat berbeda dengan “jalur sebelah”. Menyapa petani yang melintas ketika membawa hasil bumi atau ibu-ibu yang sedang memupuk tanaman sayuran mereka menjadi salah satu rutinitas wajib kami ketika melintasi jalur ini.
Ada kejadian lucu yang kami alami, ketika Istri saya sedang sejenak menepi untuk beristirahat sembari mempersilahkan sebuah motor yang akan menuju ke sebuah petak kebun, petani bermotor tersebut berhenti sejenak sejajar dengan kami. Kemudian terjadilah obrolan dalam bahasa jawa kromo yang sudah saya bahasa Indonesia kan seperti ini :
Petani : “Mau ke puncak mas?”
Saya : “Iya pak,,”
Petani : “Lho, bukan malam minggu kok muncak mas? Tumben?”
Saya : “ini kan malam minggu pak,,,”
Petani : (berfikir sejenak) “eh iya mas, saya kira ini malam sabtu, hehehe. Kalau ban motor saya gak gembes” (sembari melihat ke ban belakang), “saya bonceng sampai ke pos 1 mas,,”
Saya : “waah pak, terima kasih, lain kali saja, saya jalan kaki saja pak” (sembari tertawa)
Petani : “ya sudah mas, saya duluan,,”
Saya : “iya pak, hati-hati, terima kasih…”
Jadi kondisi seperti inilah yang saya rindukan ketika melakukan pendakian, hingga saya melintasi motor beliau di sebuah petak kebun namun beliau tidak terlihat, malah saya menjumpainya kembali saat kami turun keesokan harinya.
Saya bertemu dengan satu rombongan yang berjumlah tiga orang, mereka berangkat kemarin malam. Sepertinya mereka mengejar matahari terbit untuk kemudian turun saat matahari belum terlalu tinggi. Sapaan pelan sembari saya menanyakan apakah ada yang kehilangan kunci motor, karena petugas basecamp menemukan sebuah kunci motor yang tertinggal di parkiran basecamp. Segera mereka menyadari bahwa kunci motor dari salah satu dari mereka tertinggal saat masih berada di basecamp.
Kabut mulai merubah situasi sekitar semakin dingin dan mistis, namun seksi. Jalan setapak masih dengan mudah terlihat, hingga sampailah di POS 1 yang merupakan batas antara hutan dan kebun warga.
Dominasi jalanan setapak yang berbatu serta sesekali tanjakan landai menjadi pemanasan yang cukup untuk menggapai POS 1. Trekking pole belum begitu diperlukan untuk perjalanan dari basecamp menuju POS 1.
#pos 1 (BLUMBANG KODOK) – pos 2 (CEMARAN)
Pukul 13.00 – 15.30 WIB
Jalur dari POS 1 menuju ke POS 2 merupakan jalur yang tertutup vegetasi cukup rapat, nyaman untuk berjalan siang hari. Dengan kondisi jalan yang menanjak namun tidak terlalu terjal, namun lebih miring dari landai. Saking rimbunnya, sampai Istri saya merasa seperti seorang Botani yang sedang melakukan ekspedisi.
Jalan setapak yang terkadang tertutup semak membuat kami harus berhati-hati agar tidak tersandung sesuatu. Treking pole telah kami bentangkan untuk menahan laju kami kami agar tidak terpeleset. Cuaca berubah menjadi mendung dan dingin, sesekali gerimis turun, namun reda. Hingga pada satu waktu kami harus membuat shelter darurat dari fly sheet untuk berteduh.
Berada di shelter darurat selama sekitar 60 menit membuat badan kami cukup merasakan dingin, akhirnya dengan keyakinan semakin tinggi suatu lokasi maka curah hujan akan semakin mereda, kami melanjutkan perjalanan dalam gerimis yang sudah cukup mereda dibandingkan 60 menit yang lalu.
Ternyata jarak tempat kami mendirikan shelter menuju POS 2 hanyalah sekitar 50 meter saja, namun di POS 2 tidak ada bangunan satupun, hanya tanah cukup terbuka yang dibersihkan dari semak dan belukar. Kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke POS 3 dengan alasan waktu yang semakin sore dan semakin dingin.
#pos 2 – pos 3 (SUDUNG DEWO)
Pukul 15.30 – 16.30 WIB
Sebenarnya bisa lebih cepat dari ini, hanya saja kondisi jalan yang licin membuat kami memendekkan langkah kami agar lebih aman. Treking pole sangat membantu dalam kondisi seperti ini, mengurangi beban pangkal kaki serta membuat tangan tidak bersliweran mencari pegangan.
Menuju POS 3 mudah dikenali dengan perubahan vegetasi yang tadinya pohon pinus menjadi ilalang yang membuat Anda mudah melihat langit lepas. Katanya dari jalur POS 2 menuju POS 3 ini kita bisa melihat air terjun di sebelah kanan jalur, namun ternyata saya tidak bisa melihatnya, entah karena kabut atau memang jalannya tertutup sesuatu.
Sesampainya POS 3, kondisi fisik semakin lelah dan dingin, beberapa makanan seperti coklat dan biskuit kami keluarkan untuk menopang fisik kami. Tak begitu lama kami berada di POS 3 yang lapang dan teduh ini, mengejar waktu agar sampai di camp area sebelum petang.
#pos 3 – Tangga Cinta
Pukul 16.30 – 17.30 WIB
Entah mengapa dinamakan Tangga Cinta, rasanya rasis sekali untuk para jomblo. Mungkin karena jalanan setapak sejajar dengan igir dengan jurang di sebelah kanannya membuat kita perlu meneguhkan mental dan fisik untuk melahap tanjakan “nanggung”. Kenapa saya sebut “nanggung”? karena untuk lari tidak bisa, untuk berjalan rasanya terlalu landai untuk mendekatkan puncak.
Baca Juga : Dalam Sebuah Pendakian, Ada Harapan dan Kenyataan
Terlebih kondisi tubuh yang sudah kedinginan dan kelaparan, sesekali kami berhenti, membuka roti rasa coklat yang sengaja diletakkan di bagian yang mudah dijangkau.
“Oh puncak, kenapa terasa sejauh ini, apakah aku terlalu membandingkannya dengan jalur Patak Banteng?” Gumamku dalam kabut yang menutupi ujung Tangga Cinta tersebut.
Sempat bertanya dalam hati, “apakah itu camp area yang disebutkan? Apakah itu hanya puncak bayangan saja? Apakah masih ada tanjakan lagi seusai kabut itu?” Pokoknya tinggal jalan saja, karena ketika kami diam, tentu saja itu tidak membawa kami kemanapun kecuali ke dalam kedinginan dan kelaparan.
POS 3 tidak tersedia air, karena ada bekas longsor yang menutupi mata air tersebut. Jadi lebih baik bawalah air yang cukup untuk kegiatan pendakian Anda.
#tangga cinta – pelawangan
Pukul 17.30 – 18.00 WIB
Seusai melintasi Tangga Cinta, pemandangan di belakang kami cukup bersih, sehingga bisa melihat POS 3 dari titik ini, namun kabut masih menutup pandangan kami terhadap jalur selanjutnya. Segera kembali membuka denah tadi, sepertinya Pelawangan seusai bukit kecil yang tertutup kabut tersebut. Menapaki kembali tanjakan yang bisa dikatakan cukup licin untuk kondisi saat itu.
Sesampainya di ujung tanjakan, kami disambut oleh jalan datar namun diselimuti kabut yang membuat saya semakin buta arah. Kompas tidak bisa kami gunakan karena kami tidak tahu kami datang dari arah mana. Ternyata kami telah sampai di Pelawangan, sebuah hamparan sabana kecil yang tertutup kabut saat itu.
#plawangan – camp area
Pukul 18.00 – 18.30 WIB
Pelawangan didominasi oleh sabana yang sesekali terlihat pohon cemara di ujung ruang pandang saat itu. Terbelah oleh jalan setapak yang cukup licin dan sempit, diapit oleh rerumputan yang membelai kaki Anda ketika melintasinya.
Menyusuri jalan setapak yang licin dan sepi tersebut membuat badan terasa semakin dingin dan kelelahan. Hingga saat sebuah lubang kecil membuat saya terpeleset dan langsung “JEDEEEER”, kaki saya kram, segera Istri saya mendorong ujung telapak kaki untuk mengurangi rasa sakit tak tertahankan kala itu.
Tak berapa lama, segera counterpain saya oleskan di kedua kaki saya. Mengurangi rasa nyeri yang ngeri dan menghangatkan kaki yang telah dingin oleh sapuan butiran dingin.
Sedikit terseok akibat kram tadi membuat saya semakin hati-hati dalam melangkah dalam kabut tersebut. Jangan sampai saya salah ambil persimpangan hingga saya harus menempuh jarak yang lebih jauh.
Suara riuh terdengar dari beberapa arah, membuat saya bingung mau mengambil jalan yang mana saat ada persimpangan. Bismillah, saya mengambil jalan menanjak dengan harapan kami mendapatkan ruang pandang yang lebih luas. Sesampainya di puncak sebuah bukit kecil, terlihatlah beberapa lampu yang menembus kabut tebal saat itu.
Orientasi arah saya kacau karena kabut tersebut, memberanikan diri untuk mengambil jalan turun dengan harapan mendekati arah lampu tersebut. Ternyata benar, itu adalah camp area yang kami nantikan dalam kelelahan ini.
#malam hari
Bergerak secepat mungkin dalam kondisi tubuh yang dingin dan lelah ketika saya mencari lokasi yang cocok untuk mendirikan tenda eiger strom 1 yang sudah 3 tahun bersama saya. Segera mencari lokasi yang cukup berjarak dari tenda lainnya agar tidak terganggu dengan kegaduhan gunung pada malam minggu.
Saya tidak bisa melihat arah timur, karena memang kabut terasa sangat tebal. Prioritas saya hanyalah mendirikan tenda dan segera memasak agar Istri saya tidak kelaparan, hhehehe. Setelah semua telah bisa dikendalikan, saatnya masuk ke dalam sleeping bag. Menghangatkan diri dan berharap terlelap pulas hingga matahari terbit.
Ternyata, ada beberapa tenda yang memutar musik dengan pengeras suara portable, merusak suasana gunung yang sakral dan khusyuk. Polusi suara di gunung memang rasanya sudah di atas batas wajar, inikah gunung jaman milenia?
Ada beberapa orang melintas dan membuat suara yang membuat saya terbangun tengah malam saat masih di dalam tenda. Ada beberapa obrolan yang saya sangat ingat saat berada di dalam tenda ketika beberapa orang melintas di sekitar tenda saya.
Obrolan 1 : (terjadi saat kabut masih tebal di luar tenda kami)
A : “Waah, ini apa?” (mungkin sembari menunjuk tenda eiger strom 1 saya yang bentuknya jarang muncul di gunung)
B : “itu tenda,”
A : “ada orangnya gak ya?” (mungkin kalau tidak ada, mau ditempati dia)
B : “ya adalah, sudah jalan terus saja..”
Obrolan 2 (terjadi saat kabut sudah hilang di luar tenda kami)
Cewek : “Waaaah, pemandangannya keren, kalau di sini terus aku mau, pokoknya aku gak mau pulang, mau di sini saja” (mungkin baru pernah naik gunung dan mendapati cuaca cerah)
Cowok 1 : “ya sudah terserah kamu, mau gak pulang ya gak papa,,”
Cowok 2 : “sudah, ayo cari tempat untuk mendirikan tenda saja,”
Saya jadi penasaran ingin melihat ke luar, apakah sudah cerah, karena saya berniat memotret milky way saat itu. Melongok sejenak ke luar tenda, memang kabut sudah menghilang, namun bulan bersinar terlalu terang, jadilah saya mengurungkan niat memotret milky way.
Cukuplah sejenak memotret pemandangan malam saat itu.
#matahari terbit
Mulai terdengar keributan para penggila matahari terbit, mungkin lebih tepatnya penggila baru matahari terbit dari ketinggian. Pengalaman pertama kali mungkin memang susah untuk menyembunyikan beragam ekspresi di tempat seperti itu.
Saya melongok ke luar tenda, ternyata tenda saya terletak cukup terpisah dari tenda-tenda lainnya, dan berada di tepian jalan menurun. Pintu tenda tepat menghadap ke timur, sehingga Istri saya bisa melihatnya dari dalam tenda bersama dekapan sleeping bag.
Jepret ke sana ke sini sejenak dengan membawa tripot, kemudian mengacuhkan para pendaki kertas dan para pendaki tongsis yang bertebaran di area itu. Memanaskan air untuk membuat kopi panas merupakan tujuan hidup saya saat itu.
Menikmati kopi panas saat Mentari bersinar, di sebuah ketinggian dan bersama Istri. Waktu, Lokasi dan Orang yang tepat, sempurnalah pagiku saat itu.
Baca Juga : Mengikuti Upacara 17 Agustus di Gunung Sibayak, Sumatera Utara
Tak terlalu banyaklah kegiatan pagi itu selain menggoreng tempe dengan mentega dan menghabiskan roti coklat kemari. Segera mengeringkan peralatan yang lembab, menghangatkan diri dan menyisir sampah-sampah yang berada di sekitaran tenda.
#perjalanan pulang
Mungkin sekitar pukul 9 pagi kami sudah siap untuk turun, semua peralatan telah masuk rapi ke dalam tas carrier. Beban yang cukup berkurang dan badan yang telah hangat membuat rasa untuk turun gunung semakin siap. Banyak orang yang masih menikmati pemandangan yang cerah kala itu, memang sayang untuk dilewatkan.
Perjalanan pulang dalam kondisi cerah membuat saya harus mengingat kembali jalan mana yang kami lalui kemarin saat kabut tebal mendampingi kami. Alhamdulillah, dengan ingatan dan melihat arah mata angin, kami bisa menemukan jalur tersebut.
Menuruni bukit sembari berfoto-foto sejenak, bahkan saya baru ingat bahwa buku nikah kami terbawa sampai ke tempat tersebut. Jadilah kami memasuki ranah lebay, memotret buku nikah kami dengan latar belakang yang memerlukan perjuangan untuk mendapatkannya.
Waktu turun bisa dikatakan sangatlah cepat, selain kondisi fisik dan mental yang membaik, kondisi cuaca yang cerah juga membuat kami semakin mudah melihat kondisi jalan. Jalanan yang masih cukup lembab karena guyuran hujan kemarin sore membuat kami harus berhati-hati melangkah.
Dalam kondisi ini, saya sangat merekomendasikan kembali untuk menggunakan trekking pole.
Sesampainya di POS 3, kami beristirahat sejenak, berteduh dalam sejuknya udara di bawah pohon pinus serta menghabiskan cemilan yang ada di dalam tas. Ketika kami mulai berjalan dari POS 3 yang dimana area terbuka, terdengar sahutan dari arah Tangga Cinta, segera kami menoleh, memberikan balasan kepada rombongan tersebut.
Mungkin mereka sangat antusias karena bertemu pendaki lain di jalur ini, karena saya saja total hanya berpapasan 1 rombongan saja saat naik kemarin siang, kemudian bertemu 1 rombongan yang ada di belakang kami tersebut. Jadi total kami hanya bersua dengan 2 rombongan dalam perjalanan naik turun.
Dengan memulai perjalanan turun pukul 09.00 dari puncak, kami bisa sampai POS 1 pada pukul 11.00 WIB. Perjalanan tersebut juga kami isi dengan istirahat sejenak dan foto-foto sepanjang perjalanan. Mungkin akan lebih cepat bila kita melihat waktu efektifnya.
Di POS 1, kami beristirahat sejenak, menatap kebun warga sembari mengeringkan keringat yang menempel di baju kami. Sekitar 15 menit, rombongan yang tadi menyapa kami dari kejauhan telah sampai di POS 1. Rombongan tersebut terdiri dari 4 orang lelaki yang bisa dikatakan berumur 20an tahun, dengan suluruhnya membawa tas carrier seingat saya.
Terlihat dari sepatu mereka yang penuh bekas tanah di bagian atas, menandakan mereka sempat terpeleset melintasi jalan yang masih cukup basah tadi. Jabat tangan dengan kami membuka pintu obrolan di antara kami, sebuah kejadian yang sudah cukup langka di dunia pendakian saat ini.
Perasaan waktu tempuh naik yang rasanya terlalu lama ternyata tidak hanya dirasakan oleh kami, rombongan terebut juga merasakannya. Selain terkena hujan juga, mereka juga mengaku terlalu berharap seperti melintasi jalur Patak Banteng. Sehingga membuat harapan pendakian semakin jauh dari kenyataan. Ternyata kita sama mas
Segera kami pamit, melanjutkan kembali tujuan ke Basecamp sebelum cuaca berganti. Waktu tempuh dari POS 1 menuju Basecamp mungkin hanya sekitar 30-45 menit, cukup nyaman untuk bisa berjalan cepat dan anti licin. Kondisi juga tetap sama, kembali menyapa dan disapa sepanjang perjalanan dengan warga sekitar.
Sesampainya di Basecamp, meluruskan badan sejenak, menata isi tas carrier kembali, dan berpamitan dengan penjaga Basecamp. Meluncur ke arah Ngadirejo dengan harapan melahap nasi padang yang pedas disanding dengan es teh.
#rangkuman estimasi waktu
Rangkuman berikut ini bisa Anda jadikan patokan ketika cuaca cerah dan kondisi tim yang optimal dengan fisik yang rata-rata.
Perjalanan naik :
- Basecamp – POS 1 : 90 menit.
- POS 1 – POS 2 : 60 menit.
- POS 2 – POS 3 : 60 menit.
- POS 3 – Tanjakan Cinta : 45 menit.
- Tanjakan Cinta – Pelawangan : 30 menit.
- Pelawangan – Camp Area : 15 menit.
- Camp Area – Puncak Tertinggi : 10 menit.
- Camp Area – Tower : 30-45 menit.
Estimasi waktu ini saya perkirakan untuk pendaki pemula yang cukup olahraga. Setahu saya, biasanya bisa lebih singkat dari estimasi waktu saya tersebut.
Perjalanan turun
- Camp Area – Pelawangan – Tanjakan Cinta – POS 3 : 30 Menit
- POS 3 – POS 2 : 30 Menit
- POS 2 – POS 1 : 30 menit
- POS 1 – Basecamp : 30 Menit
Biasanya, bagi mereka yang jarang berolahraga, jarak POS 1 ke basecamp adalah jarak paling kejam. Selain kondisi jalan yang cukup keras, kondisi kaki yang telah terkuras sedari puncak, ditambah juga panjang rute yang setara POS 1 hingga Tanjakan Cinta, terlebih Anda sibuk mencari-cari alasan atas kelelahan fisik Anda ketika Anda diledek oleh rekan Anda untuk mempercepat langkah Anda. Lengkaplah sudah penderitaan sepanjang POS 1 menuju Basecamp.
Kondisi ini juga sering terjadi di semua gunung dan biasanya saat akhir pekan semakin banyak yang memasang wajah frustasi dari POS 1 menuju Basecamp. Tidak percaya? Silahkan Anda jalan-jalan saja saat hari minggu siang hingga sore ke tempat-tempat seperti itu
#perlengkapan tambahan yang wajib dibawa
Selain perlengkapan (minimal) wajib untuk pendakian, saya merekomendasikan beberapa alat berikut :
- Trekking pole, sangat membantu baik naik ataupun turun, terlebih saat jalan licin
- Fly sheet, untuk membuat shelter darurat saat hujan datang tiba-tiba, karena daerah ini merupakan daerah bayangan hujan.
- Kompas analog, berada di bukit teletubis membuat Anda harus bisa tahu arah mata angin agar Anda tidak salah naik turun bukit.
- Senter yang super terang, untuk memastikan saat pendakian malam tidak ada babi yang berada di jalur pendakian Anda.
- Tripod, karena lebih keren ketimbang tongsis, ahahah
JANGAN LUPA UNTUK TETAP MENJAGA KEBERSIHAN DAN KESOPANAN SEBELUM HINGGA SESUDAH PENDAKIAN YA…. SETELAH PENDAKIAN YA TETAPLAH SEPERTI ITU UNTUK BUMI LESTARI.
BILA ADA YANG PERLU DITANYAKAN, SILAHKAN DI KOLOM KOMENTAR.
SALAM LESTARI
3 jalur pendakian gunung prau
bunga di gunung prau
camp gunung prau
camping di gunung prau
catper gunung prau 2015
cp gunung prau
cuaca di gunung prau
cuaca gunung prau hari ini
cuaca gunung prau oktober 2015
cuaca gunung prau saat ini
di gunung prau ada sinyal
edelweis gunung prau
edelweiss gunung prau
ekspedisi gunung prau
estimasi gunung prau
event gunung prau
expedisi gunung prau
explore gunung prau
fakta gunung prau
foto gunung prau dieng
foto gunung prau wonosobo
gambar gunung prau
gambar gunung prau dieng
gambar gunung prau wonosobo
guide gunung prau
gunung prau
gunung prau 17 agustus
gunung prau 17 agustus 2015
gunung prau 2015
gunung prau 2016
gunung prau 2017
gunung prau 2565
gunung prau 2565 mdpl
gunung prau ada di daerah mana
gunung prau ada dimana
gunung prau ada sinyal
gunung prau agustus 2015
gunung prau aktif
gunung prau aktif atau tidak
gunung prau aman
gunung prau angker
gunung prau april 2017
gunung prau aqua
gunung prau banjarnegara
gunung prau batang
gunung prau bayat
gunung prau berapa mdpl
gunung prau berduka
gunung prau berita
gunung prau brother of smoke
gunung prau buka
gunung prau buka 2017
gunung prau buka kapan
gunung prau bukit teletubies
gunung prau bulan februari
gunung prau bulan oktober
gunung prau camping
gunung prau catper
gunung prau cerita
gunung prau cuaca
gunung prau daerah mana
gunung prau dan gunung sikunir
gunung prau dan sikunir
gunung prau dari cirebon
gunung prau dari jakarta
gunung prau di malam hari
gunung prau dibuka
gunung prau dieng
gunung prau dieng 2015
gunung prau dieng ditutup
gunung prau dieng jawa tengah
gunung prau dieng mdpl
gunung prau dieng wonosobo
gunung prau dieng youtube
gunung prau dimana
gunung prau disambar petir
gunung prau ditutup
gunung prau ditutup 2016
gunung prau facebook
gunung prau fb
gunung prau foto
gunung prau geologi
gunung prau golden sunrise
gunung prau gunung prau
gunung prau hari ini
gunung prau hd
gunung prau hipwee
gunung prau hujan
gunung prau indonesia
gunung prau info
gunung prau infopendaki
gunung prau instagram
gunung prau itu dimana
gunung prau jalur
gunung prau jalur dieng
gunung prau jalur kenjuran
gunung prau jalur patak banteng
gunung prau jalur wates
gunung prau januari 2016
gunung prau jawa
gunung prau jawa tengah
gunung prau jogja
gunung prau juli 2017
gunung prau kabupaten wonosobo jawa tengah
gunung prau kabupaten wonosobo jawa tengah 56354
gunung prau kabupaten wonosobo jawa tengah indonesia
gunung prau kawah sileri
gunung prau kena petir
gunung prau kesamber petir
gunung prau ketinggian
gunung prau klaten
gunung prau korban
gunung prau lama pendakian
gunung prau lewat dieng
gunung prau lewat jalur dieng
gunung prau lewat kenjuran
gunung prau lokasi
gunung prau longsor
gunung prau magelang
gunung prau malam hari
gunung prau mdpl
gunung prau mei 2017
gunung prau meletus
gunung prau memakan korban
gunung prau menelan korban
gunung prau meninggal
gunung prau misteri
gunung prau musim hujan
gunung prau naik kereta
gunung prau november 2015
gunung prau oktober 2015
gunung prau open trip
gunung prau pacitan
gunung prau patak banteng
gunung prau pemula
gunung prau pendaki tersambar petir
gunung prau pendakian
gunung prau peta
gunung prau petir
gunung prau puncak
gunung prau purba
gunung prau purwokerto
gunung prau ramai
gunung prau review
gunung prau romantis
gunung prau rute
gunung prau saat hujan
gunung prau saat ini
gunung prau saat lebaran
gunung prau semarang
gunung prau september 2015
gunung prau sikunir
gunung prau sudah buka
gunung prau sudah dibuka
gunung prau sukorejo
gunung prau sunrise
gunung prau temanggung
gunung prau terbaru
gunung prau terkini
gunung prau terletak dimana
gunung prau tersambar
gunung prau tersambar petir
gunung prau tewas
gunung prau tower
gunung prau trek
gunung prau tutup
gunung prau untuk pemula
gunung prau untuk pendaki pemula
gunung prau via
gunung prau via batang
gunung prau via dieng
gunung prau via dwarawati
gunung prau via kalilembu
gunung prau via kenjuran
gunung prau via patak
gunung prau via patak banteng
gunung prau via wates
gunung prau view
gunung prau wallpaper
gunung prau watukosek
gunung prau wonosobo
gunung prau wonosobo 2015
gunung prau wonosobo 2017
gunung prau wonosobo dari jakarta
gunung prau wonosobo dieng
gunung prau wonosobo jateng
gunung prau wonosobo jawa tengah
gunung prau wonosobo mdpl
gunung prau yogyakarta
gunung prau youtube
gunung prau yt
gunung prau.com
gunung prau_brother of smoke clip
info gunung prau 2015
info gunung prau 2016
info gunung prau februari 2016
info gunung prau hari ini
info gunung prau november 2015
info gunung prau oktober 2015
info gunung prau terbaru
info pendakian gunung prau februari 2016
info pendakian gunung prau oktober 2015
jalur pendakian gunung prau lewat dieng kulon
jalur pendakian gunung prau lewat patak banteng
jalur pendakian gunung prau untuk pemula
jalur pendakian gunung prau youtube
ke gunung prau
ke gunung prau dari bandung
ke gunung prau dari jakarta
ke gunung prau dari jakarta naik bus
ke gunung prau dari jakarta naik kereta
ke gunung prau dari jogja
ke gunung prau dari semarang
ke gunung prau dari stasiun purwokerto
ke gunung prau dari surabaya
ke gunung prau dari yogyakarta
ke gunung prau naik kereta
ke gunung prau naik kereta dari jakarta
ke gunung prau naik kereta turun dimana
larangan di gunung prau
mendaki gunung prau untuk pemula
meninggal di gunung prau
mitos di gunung prau
ongkos gunung prau
open trip gunung prau februari 2016
open trip gunung prau november 2015
pendakian gunung prau 17 agustus 2015
pendakian gunung prau 2015
pendakian gunung prau 2016
pendakian gunung prau lewat dieng
pendakian gunung prau november 2014
pendakian gunung prau oktober 2015
pendakian gunung prau untuk pemula
pendakian gunung prau youtube
pos 2 gunung prau
pos 3 gunung prau
quotes gunung prau
registrasi gunung prau
rute gunung prau dari jakarta
rute gunung prau dari jogja
rute gunung prau dari semarang
rute gunung prau dieng
rute gunung prau wonosobo
suhu di gunung prau
sunrise di gunung prau
sunset di gunung prau
trip gunung prau november 2015
upacara gunung prau
update gunung prau
Thursday, August 24, 2017
Related Posts